KARTINI DAN MISI KENABIAN*

Dewi Maryam**
Agama datang untuk membebaskan manusia dari segala kedzaliman dan kesewenang-wenangan. Karenanya kehadiran agama, mau tidak , mau, harus berhadapan dengan realitas ketidakadilan dan berusaha mengatasinya sebab hal itu bertolak belakang dengan misi utama agama. Dimasyarakat, seringkali bentuk ketidak adilan dibungkus rapi dengan berbagai topeng, termasuk topeng agama. Agama dieralat oleh sebagian pemeluknya dan dijadikan dalih penindasan kelompok manusia satu atas lainnya. Pada gilirannya, agama dikesankan berwajah seram dan menakutkan. Bukankah agama datang dengan menghadirkan cinta (rahmat) Tuhan ke dalam kehidupan manusia?
Salah satu bentuk ketidakadilan yang harus dikritisi kemudian dikikis habis adalah ketimpangan relasi antara laki-laki dan perempuan yang kerap menimbulkan pelecehan, pemerkosaan, peminggiran, pemberian cap negatif dan kekerasan terhadap salahsatu jenis kelamin. Dalam hal ini, perempuan kerap kali menjadi korban atau dikorbankan. Parahnya, agama dijadikan sebagai senjata untuk meluncurkan praktik dzalim tersebut.
Banyak pemahaman yang keliru terhadap teks suci yang berakibat timbulnya ketidakadilan terhadap perempuan. Umpamanya, pemahaman bahwa perempuan adalah makhluk kelas dua atau sebagai pelengkap laki-laki atau bahkan dianggap sebagai sumber kesialan. Juga pemahaman bahwa perempuan layak dipukul dan dilaknat jika tidak taat pada suami, tidak boleh memilih tetapi harus dipilihkan. Jelas hal ini tidak sesuai dengan sunnah (tradisi) Nabi Muhammad SAW yang bahkan sangat menghargai perempuan.
Saat islam periode awal,perempuan justru menemukan kemerdekaan yang belum pernah didapatkan dalam peradaban-peradaban lain di muka bumi. Kaum perempuanj diberi peran luas untuk beraktifitas seperti berdagang, menuntut ilmu dan mengajarkannya, bersaksi didepan hukum, berjuan dimedan perang, menjadi periwayat hadist dan banyak lainnya.
Selaras dengan misi kenabian, RA Kartini berusaha menerjemahkannya kedalam bahasa yang dibutuhkan oleh zamannya. Ia mengajak perempuan untuk menuntut ilmu yang tinggi dan berkiprah luas dalam kehidupan. Lewat tulisan-tulisan dan gerakan-gerakannya, kartini dikenal sebagai tokoh penting gerakan kebangkitan perempuan Indonesia. Pada akhirnya, Kartini pun dikalahkan dalam pertarungan budaya patriarki yang memang tidak ramah bagi perempuan. Kartini dijodohkan dengan seorang penguasa lokal, Bupati rembang Raden Adipati Djojo Adiningrat untuk menjadi istri kesekian. (Dri Arbaningsih, Kartini sisi lain, Jakarta: Penerbit buku Kompas, 2005)
Terlepas dari pengalaman pahitnya sebagai korban, buah pikiran Kartini sangatlah maju dan brilian untuk kaum perempuan saat itu. Ide-ide kebangkitan dan pembebasan dari kegelapan itulah yang patut dikembangkan hari ini dan masa mendatang. Ide Keadilan dan kesetaraan yang ditangkap oleh kartini ( yang juga seorang muslimah) diharap bisa menggantikan pengalaman ketidakadilan dan dominasi yang dibebankan kepada perempuan. Itulah yang kemudian dijadikan sebagai judul karangan kartini, ”Habis Gelap Terbitlah Terang“.
“Terang” adalah keadilan, kesetaraan dan kasihsayang bagi semua manusia, sedangkan “gelap’ adalah ketidakadilan dan penindasan kemanusiaan. Tema yang diangkat kartini selaras sekali dengan tema misi kenabian, menegakkan keadilan dan memberantas kedzaliman. Gerakan Kartini selaras sekali dengan surat Ibrahim  ayai 1, dari kegelapan menuju terang.
Karenanya, mengapresiasi dan memaknai misi kenabian lewat peringatan kartini 21 April ini dengan melakukan sejumlah langkah kongkret membela perempuan dan menghapuskan kekerasan terhadap perempuan. Tidak hanya bisa dimaknai hanya dalam tataran formalitas dan rutinitas saja. Salah satu upaya tersebut adalah berusaha menyerap nila-nilai tersebut kemudian diwujudkan dengan senatiasa berlaku adil mulai dalam hal terkecil kita, menghormati dan memberikan hak-hak perempuan (mungkin ibu, saudara, istri, anak, teman, tetangga dan mitra kita) sepenuhnya, memberikan perhatian dan juga bantuan kepada para perempuan korban kekerasan di lingkungan yang bisa kita jangkau. Langkah ini sebagai bagian riil dari meneladani akhlak rasulullah yang membela perempuan dan menjawab kegelisahan yang pernah disuaakan oleh Kartini.
Inilah misi kenabian dan cita-cita Kartini. Yakni terpenuhinya hak perempuan sebagai manusia utuh dan terbebasnya perempuan dari segala bentuk kekerasan. Yakinlah, dengan konsisten memperjuangkan hal ini, Nabi muhammad dan RA Kartini akan senatiasa tersenyum bahagia. Merdeka Perempuan, Jadilah Kartini 2019 untuk keluarga, agama dan bangsamu !!!

Tentang Penulis